Sawang Sinawang


04 Dec @Kolom

Berada di pinggir kolam nan indah, melihat ikan yang berenang ke sana kemari. Begitu lincah seolah menggambarkan hati yang selalu riang. Turun naik di dalam air. Terlintas dalam benak, enak ya jadi ikan. Hidup tanpa beban . Namun apa yang terjadi ketika kita coba menjadi ikan? Masuk ke dalam air dan berenag, berapa lama kita bisa bertahan. Tidak lama, bahkan sebentar-sebentar kita pun harus ke permukaan untuk mendapatkan udara. Berat bukan?

Begitu juga dalam kehidupan yang sebenarnya. Kita sering melihat kehidupan orang lain. Begitu bahagia seakan tiada kurangnya. Memiliki paras yang elok, dielu-elukan, bahkan kehadirannya selalu dinantikan ( artis kali ) .Tapi tahukah kita sisi lain kehidupan mereka? Mereka hampir tak punya waktu untuk istirahat. Berkumpul dengan keluarga pun jarang, Ingin sejenak rileks bersama keluarganya sudah ditelpon kembali ke tempat kerja. Repot bukan? Tidak usah jauh-jauh melihat kehidupan artis,bahkan terkadang dengan orang di sekitar kita saja, tetangga kita, teman kita. Sisi-sisi kelebihan dan kenikmatan duniawi saja yang kita lihat dari mereka tanpa membayangkan bagaimana masalah yang mereka hadapi, hingga membawa kita untuk berandai-andai dan merasa bahwa orang lain selalu lebih beruntung daripada kita. Nyesek ya…

Padahal Urip kuwi mung sawang sinawang. Yang kelihatannya begitu indah belum tentu semuanya indah. Yang kelihatannya begitu bahagia belum tentu seperti apa yang tampak mata. Bila kita selalu berfikir orang lain lebih beruntung, orang lain lebih berbahagia, andai diri ini menjadi dia, maka sesungguhnya kita sedang menyiksa diri sendiri. Merasa menjadi orang yang paling menderita, merasa menjadi orang yang paling sengsara. Sungguh teramat sayang waktu kita habis hanya karena digunakan untuk berandai-andai menjadi orang lain. Sibuk dengan keirian terhadap kehidupan orang lain.

Jadi diri sendiri, dan yakin setiap diri mempunyai kelebihan. Dunia mereka bukan dunia kita, bila kita masuk ke dunia mereka tentu akan begitu asing dan berat bagi kita, begitu pula sebaliknya, Orang lain pun tak bisa menjadi diri kita. Mereka pun melihat dunia kita begitu nikmatnya, menjadi guru , banyak siswa dan kenalan, mendapat sertifikasi ( Alhamdulillah …) Sungguh sudah selayaknya bersyukur menjadi kita yang sekarang bukan? Syukur nikmat dan selalu bahagia menjadi diri sendiri.

Semoga hari esok selalu lebih baik.

#Edisi muhasabah diri #

Banguntapan,04122018

No comments: