Maafkan Aku Nak...


03 Jan @Kolom

Hari ini aku berangkat lebih pagi karena mendapat giliran piket. Untunglah masih ada lauk , sehingga tugas memasakku agak longgar. Cukup membuat nasi pakai magic com dan memanasi lauk sebentar saja semua sudah beres. Bergegas sarapan bersama anak-anak dan bersiap berangkat. Rinai tipis-tipis masih setia menemani. Suamiku mengingatkan agar memakai mantol saja , biar tak kehujanan.

“Tak usahlah Yah...ga deras koq,” jawabku sambil memakai helm biru kesayangan. Tas saja yang kututup pakai mantol karena ada laptop di dalamnya.

Benar saja dugaanku, sampai sekolah sudah tidak gerimis. Kami pun menyambut kedatangan anak-anak di halaman sekolah. Menyapa dan menyalami mereka satu persatu dengan wajah ceria dan senyum termanis ( hehehehe...kayak among tamu ). Mengawali hari dengan senyum manis, sapaan bersahabat dan salam hangat diharapkan dapat membuat suasana yang kondusif dan menyenangkan bagi anak-anak, sehingga mereka merasa kerasan serta enjoy untuk belajar. Sejak program full day school dijalankan, hari-hari di sekolah menjadi lebih panjang, sehingga kenyamanan berada di sekolah mutlak diperlukan. Satu persatu guru dan karyawan pun berdatangan juga, sangat jarang ada yang terlambat, karena ada pengontrol kehadiran yaitu finger print.

Tepat pukul 07.00 bel masuk berbunyi. Kelas mulai ramai, doa dan lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang dari seluruh kelas. Kami yang bertugas piket pun memastikan tidak ada kelas yang kosong.

“Permisi Bu, maaf mau minta surat izin,” tiba-tiba ada seorang siswa datang tergopoh-gopoh ke ruang guru.

“ Mengapa baru datang Mas? “tanyaku

“Saya tadi sudah sampai sekolah Bu, tapi terus pulang lagi, seragam saya salah,” jawabnya tertunduk .

Deg ....segera kutoleh kostumku pagi ini ( duuuh...ternyata bajuku hari ini juga keliru... ). Kuambil selembar surat izin dan kutanda tangani agar anak itu bisa masuk ke dalam kelasnya. Duh...malunya diriku, aku tidak bisa memberi contoh kedisiplinan . Muridku yang rumahnya begitu jauh dan ditempuh dengan sepeda saja pulang demi disiplin berseragam. Ada rasa bangga menyelinap dalam hatiku, mendapati siswa yang begitu besar memegang kedisiplinan, meski akhirnya terlambat . Seharian memakai seragam yang berbeda dengan teman-temannya pasti begitu menyiksanya sehingga dia memutuskan untuk pulang dan ganti saja. Semoga kau tidak hanya disiplin dalam berseragam saja, tetapi diikuti disiplin di hal-hal lainnya. Maafkan aku Nak...

#edisikoreksidiri#

No comments: