Sama Beratnya untuk Menerima


04 Dec @Parenting

Menyatukan dua insan tentu tidaklah mudah, terlebih dengan berbagai perbedaan baik latar belakang maupun sifatnya. Begitu pula dengan pasangan baru suami istri. Berasal dari bukan muhrim, hingga akhirnya menjadi halal bagi keduanya. Perlu adaptasi dan saling menjaga satu dengan yang lainnya, semata-mata niat ibadah. Hal yang mendasar dalam membina sebuah hubungan adalah kesadaran untuk menerima pasangan. Menerima pasangan kita dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Orang biasanya berfikir menerima kelebihan itu enak, lebih enteng daripada menerima kekurangan. Padahal keduanya menurut saya sama berat. Menerima kekurangan itu hal yang biasa, karena tak ada manusia yang sempurna. Lagian kalau orang cinta kan semua tampak begitu sempurna, kekurangan sebesar apapun tak kelihatan . Mungkin benar cinta itu buta ( hehehehe … ). Setahun dua tahun kekurangan tak juga tampak, kalaupun kelihatan maka hati pun rela dan ikhlas atas dasar cinta. Tapi bagaimana dengan kelebihan?

Mula-mula kelebihan itu hal yang wajar dan bahkan menjadi kebanggaan bagi kita ketika memiliki pasangan yang banyak kelebihan. Sudah berparas elok, cerdas, mapan dan kelebihan-kelebihan yang lain. Tapi sadarkah Anda bahwa kelebihan pasangan bisa menjadikan gundah gulana? Bila kita tidak siap menerima kelebihan pasangan , maka akan menimbulkan keresahan yang berujung pada ketidaknyamanan dalam membina hubungan rumah tangga. Menerima kelebihan itu membutuhkan hati yang luas seluas samudera yang terhampar di bentangan bumi ini. Contoh misal memiliki pasangan dengan kelebihan cerdas dan supel dalam bergaul, bila kita tidak bisa menerima maka kita akan terbelit dalam perasaan was-was, berburuk sangka ketika ditinggalkan dan lain sebagainya. Makan hati kan? Tapi bila kita bisa menerima kelebihan dirinya yang begitu cerdas dan pandai bergaul, maka hati kita akan menjadi lapang dan berprasangka baik terhadapnya. Memiliki pasangan pejabat tentu juga suatu kelebihan yang harus diterima dengan lapang dada. Siap untuk ditinggalkan di mana saja dan kapan saja untuk bertugas.

Sesungguhnya semua kembali pada diri kita masing-masing untuk membangun sebuah komitmen bersama pasangan, saling menutupi kekurangan masing-masing, dan menerima kelebihannya dengan tetap positif thinking. Bukankah ibarat pakaian harus saling menutupi satu sama lain, sehingga yang tampak dari luar hanyalah kekompakan dan keindahan? Kekurangan pasangan kita biarlah menjadi rahasia kita dan bukan untuk konsumsi publik. Sudahkah Anda bisa menerima kelebihan pasangan meski hanya berat badan?

No comments: