Rindu Bu Guru, Raihana Rasyid


05 Jan @Kolom

Belum lama kutuliskan kerinduanku pada seorang sahabat gurusianer yang berasal dari Riau, Bunda Nurmalia Siregar, guru Bahasa Inggris SMA N 2 Tambang . Kini rindu yang sama kurasakan pada penulis handal sekelas Pak Edi Prasetyo, siapa lagi kalau bukan wanita sholihah dari Medan, Bunda Raihana Rasyid. Sudah berhari-hari ketika bertandang ke rumah besar gurusiana, rumahnya masih tertutup rapat, bahkan di tahun 2019 yang baru beberapa hari ini pintu itu masih saja tertutup. Terakhir kali sempat kulihat pintu terbuka pada tanggal 30 Desember 2018, itu pun hanya sebentar. Hati menjadi bertanya-tanya, ke mana gerangan beliau? Ada apa? Dan pertanyaan-pertanyaan lain bergejolak di dada, tanpa tahu ke mana mencari jawaban.

Wanita sholihah yang lahir di Medan pada tanggal 07 September 1967 dengan nama Raihana Rasyid( panjangnya saya tidak tahu ) ini telah banyak berkarya. Raihana sendiri berarti tumbuhan yang harum, dan benar adanya, penulis populer wanita ini begitu harum dengan tulisan-tulisan yang selalu dirindukan oleh pembacanya. Keharumannya pun mewangi menebar di lingkungan tempat beliau berada, termsuk di komnuitas gurusiana. Rasyid diambil dari nama ayahnya Harun ArRasyid. Meski aku belum pernah bersua sebentar pun namun entahlah hati ini terasa begitu dekat. Jogja dan Medan memang jauh , namun rasa sungguh melewati batas ruang dan waktu.

Tulisan-tulisan Bunda Raihana sudah tak terhitung lagi, begitu banyak dan inspiratif,bagai magnet yang kuat sehingga pembaca pun ingin terus dan terus mendekat. Aku pun mengenal beliau lewat berbalas komentar, sungguh Beliau adalah penulis besar yang mampu membangkitkan kepercayaan diriku untuk menulis. Benar adanya gurusiana adalah rumah penulis tanpa kasta, tak segan Bunda Rai ( panggilan kesayanganku untuk Beliau ) berkunjung ke lapak-lapak penulis junior seperti kami, memotivasi, membesarkan hati kami ( meski tulisan kami tidak bagus pun , beliau tetap memujinya ), menyelipkan doa yang begitu indah juga untuk kami. Sungguh itu yang semakin membuat saya dan gurusianer yang lain merindu.

Alumni IKIP Negeri Medan Jurusan Pendidikan Biologi yang mengabdikan diri menjadi tenaga pendidik di SMA Negeri 14 dan SMP BUDISATRYA Medan ini tak enggan berbagi. Meski berlatar belakang IPA namun tulisan sastranya sungguh luar biasa. Berbagai menu ada di rumahnya, cerpen Bu Arin Bukan Cinta Biasa pun selalu menghadirkan kisah seorang guru yang luar biasa. Menu parenting, opini, kolom bahkan resensinya pun sungguh mampu membius pembaca untuk membukanya. Alhamdulillah rasa haru bercampur aduk senang, bahagia ketika Beliau menyempatkan untuk membuat tulisan tentang buku saya http://raihanarasyid.gurusiana.id/article/karya-sastra-rasa-sains-2655184

Sebelumnya meski Bunda Rai masih sakit karena cidera kaki, beliau tetap aktif menulis, namun beberapa waktu yang lalu suami beliau mengabarkan tentang Bunda Rai yang kurang sehat, sungguh kami di sinipun semakin merindu. Teriring doa semoga Allah memberikan kesembuhan dan kita bisa bercengkerama lagi di sini, di rumah besar gurusiana. Syafakillah Bunda Rai....

@Teruntuk Bunda Raihana Rasyid

Rangkaian kata demi kata dirajutnya dengan indah

Amat menawan hati siapa saja yang membacanya

Inspiratif dan penuh motivasi, tak enggan untuk berbagi

Hati yang tulus, lembut seorang ibu, namun begitu teguh dalam pendirian

Anggun dan begitu peduli pada kami yang lemah

Nyalakan semangat literasi di mana pun berada

Amat bijak dan santun dalam berkomentar maupun bersikap

Ribuan jarak yang terbentang di alam nyata

Abaikan dan tetap terasa dekat dengan semangat seorang literat

Sahabat, guru, kakak dan sumber motivasi yang mumpuni

Yakin dan percaya diri disematkan pada kami

Impian indah tentang literasi dan anak-anak negeri

Diperjuangkan dengan hati, untuk kehidupan yang lebih berarti

No comments: