Ring of Fire


04 Jan @Kolom

Tak bisa dipungkiri, fakta bahwa negara kita tercinta ini terletak dalam ring of fire atau Cincin Api Pasifik. Menurut wikipedia Cincin Api Pasifik atau lingkaran Api Pasifik adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi atau letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudera Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik .

Indonesia terletak di jalur gempa teraktif di dunia dan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, yakni Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara dan Pasifik dari timur. Kondisi geografis ini mengakibatkan negara kita sangat rawan bencana, dari gempa bumi, tsunami, gunung meletus dan lain sebagainya. Di satu sisi adanya gunung berapi mengakibatkan tanh-tanah di sekitarnya menjadi subur karena hujan debu yang dikeluarkan, sehingga masyarakat banyak yang tinggal di daerah lereng pegunungan untuk bercocok tanam, baik tanaman sumber makanan pokok, maupun tanaman sayur dan buah.

Fakta ini semakin tak terbantahkan, dengan bencana-bencana yang beruntun menimpa negeri ini. Kebetulan penulis tinggal di daerah Bantul DIY, sehingga pernah merasakan dahsyatnya gempa bumi dengan kekuatan 5,9 SR. Gempa yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006, meluluhlantakkan Bantul dan sekitarnya, dengan korban jiwa dan material yang tak sedikit. Tidak hanya gempa, kami pun pernah merasakan suasana yang mencekam dengan dentuman dan awan panas Merapi , hujan abu dan banjir lahar dingin. Pernah pula badai Cempaka menyapa kami, sehingga banyak jembatan yang ambrol, sawah yang gagal panen karena terendam air dan lain sebagainya. Gempa di Palu dan Donggala juga masih jelas dalam ingatan, setelah sebelumnya Lombok juga digoncang gempa dahsyat. Tsunami Selat Sunda pun masih terbayang disusul tanah longsor di Sukabumi. Mestinya kita bisa belajar dari semua ini. Menyadari sepenuhnya , tinggal di cakupan ring of fire, sehingga bisa mengambil sikap yang lebih bijak untuk kehidupan di masa depan. Bersahabat dan mengenal lebih jauh tentang alam tempat tinggal kita dan sekitarnya.

Dalam acara Taklimat Media Akhir Tahun 2018 , Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud ) Muhadjir Effendy pun mengatakan Kemdikbud akan memberikan dasar-dasar keterampilan atau basic skills kepada siswa, salah satunya mengenai mitigasi bencana. Hal ini tentunya bisa kita sambut dengan baik, mengingat negara kita yang berada di daerah rawan bencana. Semua lapisan masyarakat hendaknya paham dan mengerti dengan kondisi geografis daerah kita, sehingga bisa mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi. Pendidikan mitigasi bencana sebagaimana Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) bisa diintegrasikan ke dalam pembelajaran, jadi tidak berupa paket mata pelajaran khusus. Harapannya pada tahun ajaran 2019 sudah bisa diintegrasikan di dalam kelas.

Bila ditanya siapa yang mau terkena bencana? Tentu jawabnya tidak ada yang mau, namun ketika menyadari berada di daerah rawan bencana, apa yang bisa kita perbuat, selain lebih mengenal dengan sekitar. Tak ada satu helai daun pun yang jatuh ke muka bumi selain karena izin-Nya, apalagi bencana, maka sudah saatnya kita untuk bertawakkal , lebih mendekatkan diri kepada Sang Maha Kuasa. Kita sebagai khalifah semoga bisa menjalankan tugas dengan amanah, berjalan tanpa rasa congkak, mengambil setiap kejadian sebagai ibrah, untuk hari esok yang lebih indah.

No comments: