Mudik Abadi


18 Dec @Kolom

Tinggal di manakah Anda sekarang? Masih punya kampung halaman? Bila Anda seorang perantau, pasti pernah merasakan perjalanan mudik. Biasanya mudik dilakukan di liburan panjang terutama ketika lebaran tiba. Mudik menjadi suatu tradisi yang diupayakan untuk dilakukan, meski harus berjuang dengan penuh kegigihan. Bekal yang diperlukan tidaklah sedikit dan harus sudah dikumpulkan jauh-jauh hari. Mulai dari biaya untuk transportasi, oleh-oleh sanak keluarga di kampung, dan juga memikirkan oleh-oleh bila kembali nanti. Semua sudah diperhitungkan agar bisa mudik dengan nyaman. Momen mudik menjadi ajang untuk menunjukkan eksistensi. Terkadang sampai berlebihan juga, hanya demi sebuah nama. Namun semua tak dirasakan, tetap semangat bertemu orang tua , sanak keluarga dan para tetangga.

Sahabat saya yang rumahnya begitu jauh, di seberang Pulau Jawa pun menabung agak lama tidak hanya setahun dua tahun. Lima tahun setelah tabungan cukup barulah berani untuk mudik. Uang yang tidak sedikit dan tidak cukup 8 juta dengan membawa seluruh anggota keluarganya. Sedikit demi sedikit akhirnya terkumpul dan bisa mudik bertemu dengan orang tua , sanak saudara membawa kabar bahagia , keberhasilan dan kesuksesan di perantauan. Suka cita terasa mewarnai pertemuan yang telah lama dirindukan.

Sungguh sebenarnya kita semua sedang berada dalam perantauan. Suatu saat kita akan mudik, ke kampung keabadian. Bila untuk dunia yang fana ini kita begitu gigih mengumpulkan bekal agar bisa mudik, bagaimana dengan kampung halaman yang abadi? Sudahkah kita persiapkan dengan matang? Sudahkah kita menghitung berapa yang dibutuhkan? Apakah bekal kita sudah cukup?

Terkadang kita lupa, bahwa kita akan kembali pulang. Dunia kita kejar seolah akan hidup selamanya. Harta kita kumpulkan sampai lupa waktu untuk memenuhi panggilan-Nya. Kesibukan menjadi raja yang membelenggu , hingga kita takut meninggalkan barang sebentar.

@Mudik Abadi

Banyak bekal disiapkan

Tuk bisa sampai ke kampung tercinta

Begitu banyak, tak terhitung nilainya

Dengan semangat dan penuh bahagia

Tuk bersua orang tua, dan sanak saudara

Namun ingatkah kita?

Pada kampung keabadian

Kepastian tanpa penawaran

Semua insan pasti mudik

Ketika waktunya tiba

Tak bisa kita sembunyi

Atau berlari sekuat kaki

Sungguh, tak ada lagi kompromi

Sudahkah bekal kita siapkan?

Sudahkah bekal kita mencukupi?

Saatnya berbenah diri

Mari koreksi dan instropeksi

Tuk siapkan mudik yang hakiki

No comments: