Maaf Pak Ahmad Syaihu, Saya Tidak Punya Solusi


15 Dec @Opini

Lima hari kerja membuatku agak santai di Sabtu pagi ini. Jam enaman masih bisa bertandang sebentar ke gurusiana. Saya biasanya lebih suka menulis pada malam hari menjelang Subuh, karena memang itulah waktu yang paling tepat untuk saya. Hal itu saya simpulkan setelah melalui berbagai pertimbangan terutama anak-anak yang masih butuh pendampingan belajar dan pekerjaan rumah tangga tanpa asisten. Pagi ini begitu masuk ke dashboard saya terkejut dengan artikel Pak Ahmad Syaihu tentang bagaimana cara untuk berhenti menulis. Emosi saya terpancing, akhirnya tanpa babibu saya pun berkomentar di artikel Pak Guru.

Maaf Pak, saya tidak punya solusi.

Banyak orang terutama guru yang ingin menulis, tetapi berbagai hal menjadi penghalang bagi mereka, entah tidak bisa ( kalau ini jelas tak mungkin ), tidak terbiasa mungkin maksudnya, tidak punya waktu, tidak percaya diri dan masih banyak alasan lain. Bagi saya sendiri butuh perjuangan untuk berani menulis, bahkan teman-teman gurusianer lah yang banyak memberi motivasi dan inspirasi untuk mau menulis. Tak ada yang komentar, sedikit pembaca, duh rasanya pengen berhenti saja menulis. Tetapi artikel para gurusianer hebat dan populer selalu mengobarkan semangat literasi untuk terus menulis. Kalau saya tidak terus menulis, bagaimana saya bisa menulis dengan baik? ( pikirku ) . Mengubah mindset bahwa menulis itu berbagi. Berbagi tentang kebaikan , dan saya yakin akan janji Allah bahwa “ Kebaikan sekecil apapun pasti akan mendapatkan balasan “. Benar bukan? Mungkin yang kita bagi adalah hal-hal yang sederhana dan ringan-ringan saja, tetapi terkadang yang sederhana itu menjadi sesuatu yang dibutuhkan oleh orang lain.

Maaf Pak , saya tidak punya solusi.

Menulis itu berbagi. Di dalam tulisan yang kita bagikan ada ilmu di dalamnya. Dan bila ilmu itu bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain tentu akan banyak mendatangkan kebaikan. Ilmu yang bermanfaat dan digunakan akan terus mengalir pahalanya meskipun kita sudah tiada. Tidak inginkah kita memiliki amal jariyah yang demikian?

Maaf Pak, saya tidak punya solusi.

Menulis itu menyambung silaturahmi atau persaudaraan. Bapak pasti sudah merasakannya ( Finalis Bahan ajar , gurusianer terproduktif dan lain-lain ). Dengan menulis kita banyak mendapatkan sahabat, dan banyak hal yang pantas untuk disyukuri. Tidak hanya ilmu yang saya dapatkan namun rejeki yang tidak terhitung nilainya. Bisa ke Bogor, Jakarta , itu tentu juga rejeki. Mendapat bingkisan dari sahabat gurusianer itu juga rejeki. Umur kita mungkin hanya berapa lama, tapi tulisan kita tetap masih ada di dunia. Singkatnya silaturahmi sangat bermanfaat di antaranya memperpanjang usia dan mempermudah rejeki. Apakah Bapak ingin memutus silaturahmi? ( sadis banget ya pertanyaannya )

Jadi, janganlah berhenti menulis Pak Ahmad Syaihu. Izinkan kami yang masih labil, tidak konsisten , dan pasang surut dalam dunia tulis menulis ini untuk terus belajar dari tulisan-tulisan Bapak. Tetap dan teruslah menyebarkan inspirasi dan motivasi agar literasi dapat tumbuh dan berkembang dengan pesat di negeri ini.

Semangat pagi Pak Guru, semangat pagi sahabat gurusianer.

No comments: