Bisakah Aku?


06 Dec @Kolom

Ada cerita yang menarik dan masih kuingat ketika masih sering naik angkutan umum. Kala itu aku masih seorang mahasiswa. Untuk ke kampus aku harus naik bis kota. Transportasi yang merakyat, murah meriah. Taksi atau pun kendaraan on line seperti saat ini belum ada. Berdesak-desakkan bahkan sebagian penumpang harus berdiri itu menjadi hal yang biasa. Parfum dengan berbagai aroma pun menyengat hidung tanpa perasaan, apalagi kalau sudah siang rasanya nano-nano ( permen kali…. ). Setelah lama berdiri akhirnya aku kebagian tempat duduk juga. Lumayan bisa melepas penat sejenak. Tiba-tiba bis direm mendadak. Penumpang pun heboh, ada yang berteriak , ada yang mencaci dan macam-macam. Yang berdiri terjerembab ke depan, yang sedang ngantuk duduk di kursi pun kejedot jok di depannya. Begitu pula diriku. Aku pun panik dan beristighfar dalam hati. Aku agak terkejut, mendengar ucapan seorang wanita berkerudung hitam di depanku. Kudengar dengan jelas apa yang dia ucapkan.

“ Alhamdulillah…. “

Aku pun masih terheran dan tanda tanya ketika wanita itu sudah turun dari bis. Hatiku bertanya-tanya. Sebagian orang ketika terkena hal yang tidak menyenangkan, mereka akan menggerutu, atau ya beristighfar, tetapi dia malah mengucapkan kata yang biasanya kita ucapkan pada waktu kita bersyukur.

Dalam keadaan panik atau genting, kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan akan secara spontan / refleks keluar dari mulut kita. Orang yang terbiasa menggerutu atau mengeluh maka ketika susah pun yang ada adalah keluha. Orang yang terbiasa bersyukur dalam keadaan apapun, ketika sedang gembira atau ditimpa kesedihan dia tetap bersyukur. Suatu hal yang menurutku berat ( seberat rindu…) Bersyukur ketika mendapat kebahagiaan itu biasa, tetapi bagaimana kita bisa bersyukur ketika kita sedang kesusahan? Ternyata cerita wanita itu begitu mengena di hatiku. Aku jadi malu. Apapun yang terjadi menimpa hidup kita ternyata harus kita syukuri , agar hati menjadi tenang dan melangkah dengan lebih waspada. Kalau orang Jawa sering bilang “ untung “.

Bersyukur atas musibah karena Allah masih memberi kesempatan untuk bernafas kembali. Bersyukur atas musibah karena Allah tidak memberikan musibah yang lebih besar . Berbahagialah jika Anda sudah memiliki rasa syukur terhadap apapun yang terjadi pada diri Anda, karena rasa syukur yang demikian akan membawa kita dalam keikhlasan hati menjalani setiap babak dalam kehidupan ini. Menjadikan diri kita insan yang qonaah. Memiliki hati yang senantiasa rela dengan kejadian yang menimpanya, baik suka maupun duka , karena yakin pada ketetapan-Nya. Bisakah aku ?

#belajar bersyukur #

Banguntapan,06122018

No comments: