Bersahabat dengan Alam


02 Jan @Kolom

Luka belum juga mengering, bahkan air mata pun masih membasahi pipi karena terjangan tsunami di Selat Sunda , Indonesia kembali berduka. Kali ini kabupaten Sukabumi terjadi tanah longsor. 31 Desember 2018 sore di saat sebagian orang-orang bersiap menyambut pergantian tahun dengan pesta yang gempita, terjadi bencna tanah longsor. Perbukitan yang dijadikan pemukiman retak dan longsor hingga menimbun rumah-rumah yang ada di bawahnya. Korban pun masih banyak yang belum ditemukan. Hari yang semakin gelap menambah sulitnya untuk mengevakuasi korban.

Duka dan air mata seakan masih enggan beranjak dari negeri ini. Pedih namun apalagi yang bisa kita perbuat selain berdoa dan membantu mereka yang sedang kesusahan. Semua ini sudah menjadi suratan yang harus kita jalani. Semestinyalah kita semakin tawakkal dengan adanya berbagai kejadian yang menimpa negeri ini. Kita semakin kuat , tatag dan tangguh . Mestinya bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian, memanfaatkan waktu yang masih diberikan agar semakin bermanfaat.

Bermukim di perbukitan memang rawan longsor, namun karena sudah turun temurun, lereng ini tetap dihuni oleg puluhan rumah dengan warga sekitar seratusan lebih. Dari ratusan sedikit yang bisa menyelamatkan diri. Siapa yang sangka tanah yang selama ini ditempati dan adem ayem, akhirnya longsor dan menyisakan lara yang menyesakkan. Tekstur tanah yang gembur serta Intensitas dan curah hujan yang tinggi menjadi penyebab utama terjadinya longsor.

Sudah saatnya kita peka dan bisa membaca tanda-tanda alam. Sebenarnya indikasi tanah longsor bisa diamati melalui fenomena atau gejala alam yang tampak. Faktor yang utama adalah curah hujan, sehingga ketika intensitas hujan tinggi, mestinya masyarakat mulai waspada . Selain itu adanya retakan tanah, mata air di permukaan yang terdapat di tebing-tebing . Mata air di permukaan ini bila terus menerus diguyur hujan akhirnya akan mengakibatkan tanah longsor. Kepekaan terhadap gejala alam di sekitar kita adalah hal yang sangat penting mengingat terbatasnya peralatan yang bisa mendeteksi adanya tanda-tanda tanah longsor. Jadi kita tidak bisa menggantungkan diri pada peralatan .

Manusia memang hanya menjalani, namun saatnya berikhtiar, bersahabat dengan alam sekitar dan peka terhadap lingkungan, agar kita bisa membaca tanda-tanda yang telah diberikan alam. Pohon-pohon yang semestinya menjadi benteng dan pertahanan tanah mari lestarikan.

Bumi masih berputar dan mentari pasti akan menyinari gelap ini, semoga saudara-saudara kita yang tengah berduka diberikan kesabaran dan bangkit lagi , karena sesungguhnya Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan. Bismillah

#kuatkanhatikami#hariesoklebihbaik#

Rumahku,02012019

No comments: