Enggan, Pergilah


23 Nov @Kolom

Tanpa kita sadari “ enggan “ menyusup dan bersarang dalam tubuh kita. Mengalir dalam pembuluh darah, hingga seluruh tubuh dan pikiran berada di zona nyaman. Enggan untuk melakukan banyak hal, karena sudah merasa puas dengan apa yang selama ini dilakukan. Anti terhadap perubahan, karena menganggap perubahan hanya akan membawa keburukan. Anti untuk membuka diri karena merasa telah teruji dan malas untuk mengikuti perkembangan.

Waktu terus bergerak, bagai roda kehidupan yang terus berputar. Tak ada yang statis, semua dinamis, selalu berubah seiring waktu dan zaman. Hal-hal baru banyak bermunculan. Kalau kita enggan untuk beranjak, maka kita hanya akan menjadi penonton perubahan saja. Dunia pendidikan pun begitu, bersifat dinamis dan selalu bergerak seiring perkembangan jaman. Kitapun harus melepas “ enggan “ dalam diri kita. Agar mampu menjadi agen perubahan.

Enggan tidak boleh melekat kuat dalam diri kita. Karena enggan hanya akan membuat kita semakin terlena saja. Enggan membaca buku, maka kita akan ketinggalan banyak berita. Pada akhirnya kita bagaikan katak dalam tempurung. Enggan untuk belajar teknologi yang baru, maka kita akan ketinggalan banyak hal. Bagaikan energi potensial yang berada dalam diri kita, maka enggan harus diolah dan diubah menjadi energi lain yang bersifat positif.

Membuka diri adalah salah satu cara untuk mengubah enggan . Membuka diri terhadap perubahan, dengan tanpa meninggalkan filter karakter dalam diri kita. Membuka diri terhadap teknologi, tetapi tidak menjadi budak teknologi. Membuka diri untuk terus belajar, agar kita tidak ketinggalan kereta. Mengapa kita harus selalu belajar? Karena dunia yang akan dihadapi anak cucu kita sangat berbeda dengan dunia kita. Bila kita tidak mempersiapkan mereka sesuai dengan zamannya, maka waktu kehidupan akan menggilas kita di perjalanan.

Biarkan enggan pergi dari diri, agar kita tidak merasa asing di rumah sendiri. Membuka diri dan mata hati, bulatkan tekad menjadi pribadi yang lebih berarti.

Pengingat bagi diriku sendiri, yang masih enggan untuk beranjak

Jangan tutupi mataku
Jangan alihkan pandanganku
Ingin kubaca bukuku
Agar aku tahu tentang duniaku

Enggan
Jangan tebalkan selimutku
Jangan nyamankan tidurku
Biarkan kusibak pagiku
Relakan peraduanku

Enggan
Pergilah dariku
Jauh dan tinggalkan aku
Sekian lama kau belenggu rasaku
Hingga aku terbuai dalam dunia yang semu

Kini aku tahu
Teman-teman tlah meninggalkanku
Dunia tak lagi mengenalku
Mereka mengacuhkanku
Aku bagaikan katak dalam tempurung
Karna keenggananku

No comments: