Ikuti terus Channel kami yg akan terus mengungkap banyak hal yg " Tersembunyi..." Ttg Gaya Hidup... Kriminalitas, Sosial-Politik, Budaya-Sastra, Cinta, Patah hati, Sex laki-laki & wanita, Supranatural dan lain-lain >>> https://www.youtube.com/c/MasIdan
Antara Dike dan ATW
17 Dec @Kolom
Dalam menulis artikel , tata tulis merupakan hal yang perlu kita perhatikan selain materi yang menarik. Tidak semua guru memiliki latar belakang pengetahuan Bahasa Indonesia yang sama, demikian juga dengan saya yang notabene dari jurusan IPA. Tetapi hal ini tentu bukan hambatan untuk menulis, karena keterampilan menulis hanya akan didapatkan dengan sering menulis. Tidak perlu menunggu menjadi ahli tata tulis baru menulis, tetapi menulislah dan kita akan mengerti tentang aturan penulisan. Konon katanya sambil menyelam minum air .
Salah satu penulisan yang sepele tetapi kadang membuat saya masih kebingungan adalah penulisan kata depan terutama di dan ke ( disingkat dike ya, agar mudah mengingat ). Penulisan dike ini paling banyak memberi andil dalam DOSA MENULIS ( pinjam istilahnya Bunda Vivi yaaa…. ). Kapan penulisannya harus dipisah dan kapan harus disambung. Bila diperhatikan dengan seksama dan membuka kaidah penulisan ada kekhasan dalam penulisan kata depan ini. Ternyata bila dike diikuti oleh kata ATW , wajib dipisah atau diberi spasi. Sebaliknya bila diikuti kata selain ATW maka penulisannya disambung atau tanpa spasi. Apakah ATW itu ?
1. A = arah
Dike ditulis pisah apabila diikuti oleh kata yang menunjukkan arah.
Contoh : di timur, ke utara, di sisi dan lain sebagainya.
2. T = tempat
Dike ditulis pisah apabila diikuti oleh kata yang menunjukkan tempat.
Contoh : Di meja, ke Bandung, di panci, di pundak , di hati
3. W = waktu
Dike ditulis pisah apabila diikuti kata yang menunjukkan waktu.
Contoh : di malam hari, di pagi hari dan lain-lain.
Selain kata yang termasuk kategori ATW maka penulisan dike harus disambung atau tanpa spasi. Contoh dimakan, ditiriskan, disulap dan masih banyak lagi kata-kata yang lain.
Belajar itu sepanjang hayat, kita tidak hanya menjadi guru penulis, tetapi sejatinya adalah guru pembelajar. Belajar untuk selalu memperbaiki diri, meskipun tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kita pasti bisa, ingat dike ingat ATW . Mudah bukan?
#edisi belajar#
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment