Jamur Pengganti Narkoba. Mau Coba???

Ternyata ada sisi lain kehidupan remaja di Kota Bogor yang menimbulkan keprihatinan. Tak disangka, ternyata banyak remaja di Bogor yang suka menggelar pesta minuman keras (miras).

Tak hanya itu, ganja juga kerap melengkapi pesta miras. Yang lebih aneh, ternyata ada konsumsi yang belum lumrah dan sepertinya merupakan sesuatu yang baru. Jenis konsumsi yang meramaikan pesta miras tersebut adalah jamur. Namun jangan salah, jamur ini bukan jamur sembarangan.


Jamur yang satu ini biasa disebut dengan istilahnya dalam Bahasa Inggris, mushroom. Jamur yang satu ini berbeda dengan jamur lain yang biasa dipakai sebagai bahan makanan. Dari asalnya saja, kita pasti akan kaget mendengarnya. Bayangkan, ternyata mushroom yang suka dikonsumsi untuk berpesta ini berasal dari kotoran sapi atau kerbau.


Jamur ini berasal dari tirah jamur tryptamine, yang mengandung zat psylocibine atau zat sejenis alkoholid (nitrogen yang ditemukan dalam alam). Psylocibine berasal dari bahasa yunani, Psilos dan Kube yang berarti kepala gundul. Dapat terlihat dari tampilan jamur ini yang berpayung gundul disertai motif polkadot di sekelilingnya. Jamur jenis ini tumbuh di atas permukaan kotoran kerbau atau sapi dan memiliki bau yang meyengat.


Jamur penghayal ini diperkirakan sudah ada sejak zaman dahulu. Terdapat gambar jamur penghayal terpampang di dinding sebuah gua di Sahara.


Penelitian lain menemukan bahwa seorang dukun di Siberia menggunakan salah satu jenis dari jamur penghayal tersebut sebagai media untuk membuka pintu yang menghubungkan mereka dengan Sang Pencipta.


Walaupun jamur penghayal ini tumbuh di tempat yang tak wajar, ternyata ada juga yang meminatinya. Efek yang ditimbulkan setelah memakan mushroom ini munngkin yang menjadi daya tariknya. Ruslan, salah seorang siswa SMA, pernah mengonsumsi mushroom. Ia mengonsumsi jamur penghayal ini bersama teman-temannya ketika sedang berlibur ke sebuah pantai, tepatnya di Batu Karas, dekat pantai Anyer.


Menurutnya, di sana memang mudah mendapatkan mushroom ketimbang di Bogor.


"Lagipula memang nggak tentu juga berkembangnya, kadang banyak kadang dikit, tergantung cuaca," ujar Ruslan.


Ruslan membeli mushroom ini melalui orang ke orang. Tak ada tempat khusus untuk menjual barang ini. Biasanya mushroom tumbuh di daerah tropis dan di saat kemarau panjang. Sekadar informasi, ternyata mushroom banyak dijual di Pulau Bali. Harga yang dipatok untuk jamur penghayal ini berkisar Rp35 ribu-Rp40ribu per kantongnya. Per kantong biasanya berisi empat sampai lima buah jamur.


Cara penyajian mushroom ini beragam. Ada yang disajikan dengan cara dicampur dengan minuman, semisal soda, ada yang dibuat jamur kering, dan ada juga yang dibuat omelet. "Kalo gue biasanya suka dibuat omelet, soalnya bisa dimakan rame-rame. Terus, gampang lagi buatnya," papar Ruslan.


Efek yang dirasakan bisa muncul 15 menit setelah mengonsumsi mushroom tersebut. Menurut mereka yang pernah mengonsumsi, efek yang ditimbulkan bisa 10 kali lipat dari memakai ganja. Namanya juga jamur penghayal, efek yang ditimbulkan ialah halusinasi. "Kalo gue biasanya bawaannya mau ketawa terus kalo lagi nge-mushroom, nggak tau kenapa dan kalo udah ketawa susah banget buat berenti," ucapnya.


Halusinasi yang diciptakan ternyata bergantung kepada kondisi psikis kita saat itu. Misalnya saat kita sedang merasa sedih, maka efek yang ditimbulkan saat setelah mengonsumsi mushroom adalah kita hanya terdiam saja, atau bahkan bisa menangis.


"Pernah temen gue, cewek, dia abis diputusin pacarnya, pas lagi nge-mushroom dia curhat tentang masalahnya terus dia nangis. Ada lagi temen gue yang bawaanya marah-marah terus, gara-gara dia memang lagi punya masalah," cerita Ruslan.


Keunikan yang ditimbulkan dari mushroom ini menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian remaja kota Bogor. Efek unik yang ditimbulkan dari mushroom ini ternyata tidak menimbulkan ketagihan. Oleh karena itu mereka berpikir bahwa itu aman. Mereka memilih mushroom sebagai alternatif daripada mereka menggunakan barang lain yang mengandung zat adiktif yang berbahaya.

No comments: