Mengenal **PELAKU TERORISME** !

Mengenal Pelaku Terorisme !



By Masidan.




Tayangan hasil rekaman yang tidak disengaja, yang merekam peristiwa bom
bunuh diri di bali beberapa saat yang lalu, membuat banyak lapisan
masyarakat terheran-heran dengan pola prilaku pelaku bom bunuh diri
yang nyaris tanpa beban dan rasa bersalah. Sehingga wajar jika
masyarakat bertanya-tanya tentang tindakan pelaku yang cukup kejam itu.



Di lain pihak, masyarakat juga bertanya-tanya mengapa ledakan demi
ledakan terus terjadi dan seakan tiada berhenti. Terakhir peristiwa bom
bali dua, bagai menjadi bukti bahwa tindakan terorisme menjadi tidak
berkesudahan. Pelaku demi pelaku sepertinya terus ada dan bermunculan.
Memang ada garis merah tentang tokoh yang ada dibalik pelaku teror itu
dengan ledakan-ledakan bom sebelumnya. Masyarakatpun menjadi bimbang
kenapa tokoh yang sudah banyak dikenal foto-fotonya itu belum bisa
tertangkap semua.



Ada apa dengan itu semua ?

Ada apa dengan mereka semua, seakan bagai belut yang sangat sulit di tangkap ?

Mengapa selalu ada pelaku-pelaku baru ?

Dan masih banyak pertanyaan yang muncul di dalam benak mereka, ada apa
gerangan dengan kehidupan pelaku teror, kenapa mereka bisa begitu kejam
dan tenang ?

Sehingga sudah saatnya perlu dijelaskan kepada masyarakat luas untuk (
setidaknya ) mengetahui serta mengenal prilaku mereka sehari - hari, di
dalam bermasyarakat dan segala aktifitas mereka. Sedemikian sehingga
mengapa mereka berpotensi menjadi seorang teroris sungguhan.



Mungkin ulasan ini hanya akan mengulas sedikit banyak tentang mereka.
Juga garis besar mengenai pandangan hidup dan pemahaman mereka tentang
keyakinan. Memang menjadi sangat sulit untuk bisa memahami mereka
secara keseluruhan, namun paling tidak ini bisa menjadi tulisan
sederhana yang mampu memahami dan bisa menjadi kewaspadaan masyarakat
luas. Sebuah kewaspadaan yang memunculkan kesadaran tentang kemungkinan
keluarga, tetangga, atau lingkungan masyarakatnya telah menjadi atau
paling tidak cikal-bakal calon seorang teroris.





Mereka telah Hidup di dalam hidupnya sendiri !



Dalam kehidupan beragama, atau bahkan mungkin suatu aliran kepercayaan,
seseorang bisa menemukan sebuah hakekat hidup sebagai sebuah
'kedirian'. Demikian sehingga, apapun agama dan kepercayaan yang
dianutnya, dengan segala ajaran yang telah lama terkembang dan mereka
yakini, telah menjadikan mereka mahkluk pribadi yang merasa paling
bertanggungjawab terhadap tuhan yang menciptakanya. Kemudian dengan
'kedirian' terhadap tanggungjawab dan kewajibannya itu, dalam
perjalanan ritual mereka (pendalaman suatu agama atau aliran
kepercayaan) akan menemukan apa yang dinamakan puncak penghambaan (bisa
dipahami sebagai sebuah radikalisme). Puncak penghambaan inilah yang
menjadikan mereka serasa hidup di dalam kehidupannya sendiri.



Keadaan seperti ini bagai fase sebuah mimpi yang seakan menjadi
kenyataan. Sebuah mimpi di mana mereka bisa merasakan apa yang
dianamakan kebenaran hidup dalam keyakinannya. Fase pemahaman
keagamaan, atau sebuah kepercayaan lainnya, yang menjadikan mereka
mengedepankan pemikiran-pemikiran supra natural yang sangat sulit
dikalkulasi secara akal. Maka dalam perjalanan selanjutnya, kelompok
ini menjadi serasa aneh, radikal dan sulit untuk diajak diskusi ataupun
kompromi tentang suatu hal yang telah menjadi pemahamannya.



Sekte 'Kiamat', bunuh diri masal, dan masih banyak radikalisme kedirian
atas sebuah keyakinan, adalah contoh dari fase ini. Jelaslah menjadi
sulit untuk memahamkan mereka pada pemahaman di atas akal pikiran yang
obyektif. Ini tak jauh berbeda dengan apa yang terjadi dengan kelompok
teroris, walaupun ada sedikit perbedaan dengan tujuan yang ingin
dicapainya. Namun begitu, kedua-duanya bisa dikatakan dalam fase yang
sama dalam sebuah keyakinan. Dalam kondisi semacam ini, merekapun bisa
melakukan apa saja yang tak mungkin dilakukan oleh masyarakat pada
umumnya. Sehingga pembunuhan massal, bunuh diri massal, atau pun bom
bunuh diri, menjadi hal yang mudah dan seakan tanpa masalah untuk bisa
mereka lakukan.





Radikalisme pemahaman dan hidup dalam kedirian inilah, yang menjadi
pencetus mereka menjadi kejam dan biadap di mata masyarakat umum.
Namun, anehnya dihadapan mereka, apa yang telah mereka lakukan adalah tugas suci,
yang diyakini bisa mendapat balasan yang tak terkira. Inilah dua sisi
yang sangat bertentangan antara pelaku dan pandangan masyarakat luas.



Perlu juga ditekankan di sini, bahwa radikalisme pemahaman suatu
keyakinan ataupun aliran kepercayaannya, bukanlah berada pada sebuah
Agama ataupun suatu aliran kepercayaan yang dianutnya, namun sebuah
idiologi yang ingin dibangun melalui pemahaman agama, aliran
kepercayaan, ras, suku ataupun golongan. Ingat Hitler dengan NAZI-nya,
mampu membunuh berjuta-juta orang dengan alasan Ras. Jepang dengan
ekspansinya diseluruh penjuru dunia, yang berkesudahan dengan bom atom.
Dan masih banyak lagi radikalisme pemahaman idiologi yang berada pada
ras, golongan, aliran kepercayaan sampai agama, sebagai jalan untuk
membentuk radikalisme hidup kediriannya. Dengan demikian, sudah
sewajarnyalah memahami terorisme dan Islam itu, hanyalah bagian dari
jalan terbentuknya radikalisme hidup dalam kedirian itu sendiri atas
nama agama ataupun aliran kepercayaan.





Puncak dari egoisme hidup !



Seperti apa yang telah dijelaskan di atas bahwa Agama Islam yang saat
ini menjadi tempat berkembangnya terorisme, hanyalah sebagai jalan
terbentuknya radikalisme hidup itu sendiri. Jadi sudah selayaknya kita
harus bijak memahami terorisme sebagai bentuk radikalisme diri,
sebagaimana apa yang bisa terjadi pada agama lainnya, aliran
kepercayaan, ras ataupun golongan. Ini perlu ditekankan mengingat
munculnya radikalisme hidup sesorang atau sekelompok orang dimanapun
mereka berada, pastilah hanya akan menimbulkan kerusakan dan darah.



Kembali kepada masalah terorisme, sebagaimana kita tahu bahwa mereka
telah hidup dengan kedirian hidup mereka, yaitu suatu fase yang
menjadikan mereka sebagai kelompok kecil saja di dalam kelompok
masyarakat yang begitu besar. Dengan demikian, mereka pastilah tidak
mampu atau serta merta bisa bersosilisasi dengan baik terhadap
masyarakatnya. Kalau toh mereka mencoba bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar, itupun sebatas apa yang serasa dianggap perlu saja.
Sebab biasanya mereka lebih asyik dengan kehidupannya sendiri, dengan
idiologi-idiologi yang dipahaminya.



Tentu saja dengan demikian mereka lebih senang berkumpul dengan
kelompok yang dianggapnya segaris dengan pemahaman idiologinya. Kalau
toh mereka belum menemukan kelompok yang segaris dengan apa yang
diyakininya, merekapun berusaha menemukan kelompok yang dimaunya. Nah
disinilah awal mulanya, jika mereka atau seseorang tersebut masuk atau
berhasil dibina oleh kelompok teroris, maka berpeluang besarlah, ia
benar-benar menjadi seorang teroris.



Seorang teroris yang bermula dari pengalaman hidup yang merasa
menemukan sebuah fase hidup dalam kedirian. Fase hidup kedirian yang
merasa bertanggungjawab langsung dengan tuhan yang telah
menciptakannya. Sebuah fase hidup, sebagaimana banyak dijumpai pada
pengalaman hidup seseorang yang mendalami sebuah idiologi pada
keyakinan sebuah agama, aliran kepercayaan, ras ataupun suatu golongan.
Sebuah fase yang menjadikan hidup mereka sebagai sebuah kebenaran,
cita-cita yang menjanjikan, harapan yang harus diwujudkan, dan sebagai
tugas suci kediriannya terhadap sang penciptanya.



Fase ini jugalah yang tidak memungkinkan orang lain dapat menyalahkan
atau mengkritisi hidupnya. Menyalahkan dan mengkritisi hidupnya yang
merasa langsung dipertanggungjawabkan terhadap Tuhannya. Suatu fase
dimana telah membuat mereka menganggap kebenaran hidup adalah kebenaran
pemahamannya. Suatu fase hidup yang telah menjadikannya egois dalam
hidupnya. Dan kebenaran Tuhanpun seakan ada pada dirinya sendiri.





Seorang teroris atau kader teroris biasanya mempuyai otak yang cukup cemerlang.



Ini bisa dipahami, seseorang yang mampu menemukan fase hidup yang penuh
dengan kedirian hanyalah orang-orang yang mempunyai keenceran otak
(mempunyai tingkat kecerdasan yang cukup). Sebab jalan untuk melalui
fase hidup yang penuh kedirian adalah kemampuan memahami suatu ideologi
jalan hidup yang menjadikan mereka bisa menghayati dan mengerti. Ini
tidak semua orang mampu dan bisa mencapainya pada fase ini.



Dengan demikian, merekapun umumnya pandai menyembunyikan gejolak yang
ada pada dirinya. Mampu menjadi seseorang yang seakan berkepribadian
ganda. Sebab, sangat mungkin mereka adalah orang baik yang tak banyak
ulah. Atau seorang dermawan yang suka membantu. Seorang yang sabar dan
tenang menghadapi hidupnya. Atau juga, sebagai seorang yang taat
menjalankan agamanya. Berbakti dan taat kepada kedua orang tuanya.
Selanjutnya, merekapun seakan mirip dengan sosok yang mempunyai
kepribadian ganda, yang bisa kejam dan bisa melakukan apa saja demi
idialisme dan idiologi dalam dirinya.



Mereka bisa saja, orang yang tak jelas rimbanya di mata keluarga dan
sanak familinya. Hidup mereka seakan tiada kabar bagai ditelan bumi.
Kalau toh keluarga mereka bertemupun pastilah kaget dengan perubahan
yang ada pada dirinya. Perubahan diri yang sangat jauh dari keadaan
diri yang lalu ada. Dapat di pastikan pula, keluarganya tak akan pernah
tahu dengan apa yang sedang terjadi pada dirinya sekarang.



Ini menjadi tidak mengherankan, jika keluarga dan mungkin masyarakat
disekitarnya tidak mengetahui bahwa ia ternyata seorang teroris. Semua
menjadi terkejut dan tak menyangka dengan apa yang telah dilakukannya.
Inilah bukti, bahwa mereka mempunyai otak yang cukup cemerlang, yang
mampu menyembunyikan apa yang ada digejolak jiwa dan dirinya.



Kecerdasan mereka pulalah, yang menjadikan mereka sulit dideteksi
keberadaannya. Mereka sangat pandai dan banyak belajar dengan apa yang
sudah dilakukan pendahulu-pendahulunya ( sebab sangat mungkin pelaku
satu dengan yang lainnya tidak saling mengenal dalam setiap aksi yang
berbeda). Mereka sangat tahu dan banyak belajar dengan apa yang telah
dilakukan oleh teror sebelumnya, yang telah dilakukan oleh orang lain.
Inilah yang menjadi faktor tersulit aparat keamanan melacak keberadaan
mereka.





Perubahan yang menjadikan mereka menjadi keras pemahamannya.




Pengalaman hidup seseorang memang tidak bisa diduga ataupun dengan
mudah direncanakan. Kesukaan mereka mempelajari sebuah keyakinan,
membuat siapa saja bisa masuk ke dunia pemahaman, yang semua orang
tidak mudah bisa memahaminya. Sebuah keyakinan yang telah menjadi
sebuah idiologi hidup yang cukup radikal.



Tentu saja, mereka menjadi keras dalam menyikapi hidupnya, seperti apa
yang telah menjadi idiologi keyakinannya. Ini akan tampak dengan apa
yang menjadi sikapnya terhadap berbagai masalah. Tentu saja dengan
pandangan-pandangan keyakinan yang cenderung keras dan radikal, dalam
fase ini, umumnya jarang mendapat dukungan atau kurang mendapat tempat
di lingkungannya. Inilah juga, yang menyebabkan mereka umumnya masuk
lebih jauh dalam dunia pemahaman yang diyakininya. Dunia pemahaman yang
sangat sulit atau mudah dipahami lingkungannya, sehingga merekapun
semakin larut dengan kedirian. Larut dalam kedirian yang membawanya
memasuki fase hidup yang justru semakin radikal dan sulit dipahami
masyarakat umum.



Keadaan inilah, yang justru dijadikan ukuran (ciri-ciri) oleh
tokoh-tokoh teroris untuk direkrut dan dijadikan seorang teroris
sungguhan. Tentu saja mereka sangat mudah dibentuk dan diarahkan oleh
kelompok teroris untuk melukan tugas-tugas yang menurut mereka adalah
tugas mulia. Lepas dari adanya (atau mungkin sudah tidak ada)
tokoh-tokoh teroris yang mengkoordinir ataupun kepentingan-kepentingan
politik (tujuan) inteljen untuk mengakhiri ruang gerak gerakan
terorisme itu, maka merekalah yang akan dengan mudah dibentuk dan
diarahkan melakukan gerakan teror. Semua itu hanya dengan mengetahui
pandangan-pandangan hidup tentang keyakinan dan idieologinya sebagai
ciri-cirinya atau ukuran seorang kader militan yang bisa melakukan
teror.





Bom Bali Dua, kelompok teroris dan pelakunya ?




Bukan pekerjaan yang mudah memang, menangkap pelaku teror yang sudah
banyak belajar dengan teror sebelumnya. Apalagi ada pendapat, bahwa
pelaku yang terdahulu yang sudah tertangkap dengan pelaku sekarang
tidak saling mengenal. Dan ini sangat mungkin mengingat pelaku teroris
bisa ada dan muncul di mana saja. Lebih-lebih, jika ternyata mereka
(pelaku bom yang barusan terjadi) adalah kader baru. Maka, bisa saja
mereka baru mengenal sebelum aksi mereka dilakukan. Maka tentunya
menjadi pekerjaan yang sangat sulit bagi aparat kepolisian.



Namun demikian, kader-kader teroris sebenarnya tidak jauh dengan
kelompok yang semula mereka ikuti. Kelompok ini tentu saja, atau malah
mungkin, sama sekali tidak mempunyai idiologi yang (di dalamnya)
memiliki tujuan melakukan gerakan teror. Maka wajarlah, kalau ada
tuduhan yang dilakukan pihal luar ( Australia ) bahwa pelaku teror
adalah dari kelompok Jema'ah Islamiyah, sebuah kelompok yang sebenarnya
tidak ada untuk menghindari tuduhan langsung pada kelompok yang
berpotensi menglahirkan pelaku teror.



Akan tetapi pengalaman sejarah telah menunjukkan, bahwa pelaku teror
punya keterkaitan dengan suatu organisasi atau kelompok yang memang
ada. Walaupun harus diakui, bahwa kelompok ini memang tidak menjadikan
organisasinya sebagai organisasi yang mendukung gerakan teror. Seperti
yang telah menjadi uraian diatas, bahwa pelaku radikalisme sebenarnya
tidak berkaitan dengan sebuah organisasi atau kelompok, namun paling
tidak telah melahirkan pelaku-pelaku teror. Pelaku teror yang muncul
dari inisiatif pribadi yang telah direkrut oleh kelompok teroris.



Inilah yang sangat mungkin terjadi dalam bom Bali kedua. Mereka adalah
kader-kader teroris baru yang berhasil direkrut oleh tangan teroris.
Kader yang sangat memungkinkan lahir dari kelompok atau organisasi yang
ada, walaupun sama sekali tidak berkaitan dengan gerakan teror.



Untuk ini, sudah saatnyalah aparat kepolisian tidak perlu mencurigai
secara sempit organisasi yang ada, namun pribadi dari orang-orang yang
sudah tidak berada pada organisasi tersebut, atau bisa saja masih ada
di dalam namun sangat sulit dibuktikan. Di sinilah, tampaknya aparat
keamanan dapat selalu memantau dan mewaspadai pribadi-pribadi yang
berpotensi sebagai pelaku teroris atau malah penggerak teroris secara
tersembunyi. Dengan demikian, aparat dituntut untuk bisa memisahkan dan
memilah-milah antara organisasi sebagai institusi dengan pribadi yang
menjadi anggota suatu organisasi. Bisa saja suatu organisasi tidak
mengetahui gerakan yang telah dilakukan oleh pribadi yang menjadi
anggota sebuah organiosasi. Sebab, memang begitulah yang terjadi pada
fase hidup seseorang yang bisa menjadi radikal atas nama pribadi bukan
organisasi, ataupun akibat keyakinan agama dan kepercayaan yang
dianutnya. Jadi yang sebenarnya terjadi hanyalah sebuah radikalisme
hidup yang terbangun pada kehidupan pribadi seseorang !



Mudah-mudahan bisa menjadi inspirasi untuk menemukan pelaku-2
Terorisme. Serta bisa menjadi kewaspadaan masyarakat luas maupun sebuah
organisasi, akan adanya sebuah radikalisme hidup yang bisa ada dan
muncul di mana saja dan kapan saja !



Wallohu A'lam Bishshowab.



Salam.

Masidan.




Spoiler for Baca yg Lainnya..:








Spoiler for Yg PILIHAN...!!! :





Spoiler for NEWS...!!!:





= Yg Gue... SUKA & TIDAK SUKA... ama **AMROZI Cs** ???

= Ayo ! Jadikan **KELUH-KESAH ANDA** menjadi LELUCON.... !

= **Dukun Ampuh** & **Keberuntungan**... ???

= Kira-2 Mo jadi **BANGSA yg KONYOL** ato **BANGSA yg HEBAT** ???

= **Santet**, Teror & Kebohongan... !!!

= Sukses, Jimat dan mbah dukun !

= *** GUGUN GONDRONG *** Hanyalah KORBAN... para PENDEWA SETAN !

= Mutiarahatiku : ***LELAKI, WANITA & CINTA***... !

= TUYUL vs MALING ! ( Lanjutan... Seri : Anti Klenik )

= ( Mutiara Hatimu... ke-4 ) ** CINTA** & **JODOH** ... !!!

= RT Selebritis... Tak ingin mudah BUBAR !!! Belajar ama Alm. Shophan !

= ( Mutiara Hatimu... ) Jng Kau Buat **RESAH** Hidup ini... !!!

= Sering.... KECURIAN...., tp tak pernah tahu Pencurinya ???

= Jadi... **PELAWAK** di Indonesia... ??? HATI-2 !!! Umurnya tdk Panjang... !!!

= (refleksi) Hidup Kita ternyata... hanya Ada 2 Hal... ???

= (refleksi) Hidup ternyata... hanya sebuah Pembelajaran.

= Tiada... **MAAF** lagi... bagi PARA **PENGKIANAT** BANGSA !!!

= Benarkah... ??? **KEKAYAAN MEREKA** Membuatnya BAHAGIA... ?

= Akankah... pr Koruptor... tersentuh dgn **TRAGEDI PASURUAN**... ???

= **H Syachon Fikri** HARUS BERTANGGUNG JAWAB **TRAGEDI PASURUAN**... !!!

= (refleksi) Waspadailah !!! **KEBODOHAN** yg mungkin ada pd diri kita !

= **PSSI** Sebaiknya BUBAR Saja !!! Buat malu saja !

= ( Refleksi ) *KEBAHAGIAAN* adlh Milik Anda... bkn milik siapa-2... !

= Bisakah... **PARA KORUPTOR** di masukin PENJARA Semua... ???

= Seandainya Dunia ini selalu Menyenangkan... ???

= Calon KORUPTOR.... yg akan memenuhi Penjara di pelosok Negri... !!!

= Berhati-hatilah dgn **ORANG PENDIAM** di lingkungan Anda... !!!

= Oc Kaligis ternyata **KEDER** juga sama Kaskuser.... !!!










Spoiler for YG LAINNYA...!!!:

























Last edited by masidan; Today at 12:17 AM.



No comments: