Babak Baru... Hukum & Politik Indonesia !


Babak Baru... Hukum & Politik Indonesia !


Terjerembabnya.... Aulia Pohan dalam kasus dana BLBI adalah babak baru dr banyak KEBUSUKAN HUKUM & POLITIK selama ini.

Walau terkesan ada tarik ulur... dlm penetapan Aulia Pohan sbg tersangka. Namun akhirnya... KPK punya tekad yg kuat utk membidik para koruptor selama ini. Dan Aulia Pohan pun harus rela utk tidak menyombongkan diri mjd BESAN orang no. 1.

Posisi kasus AU ( Aulia Pohan ) mmg cukup strategis.... di dalam proses PENEGAKAN HUKUM. Sebab, di sinilah FAKTOR KUNCI.... di mana penegakan hukum itu bisa ditegakkan atau cuman akan sebagai DAGELAN !

Karena jika hukum harus menyentuh orang no. 1..., maka sejarah telah membuktikan selama ini... Yaitu ketika orang dekat telah terselamatkan !
Bola salju... PENEGAKKAN HUKUM pun menjadi melemah ke bawah !
Dan Hukum pun hanya akan jadi milik SRIMULAT !
Bahkan semua hanya akan menjadi PEMAIN SRIMULAT !
Termasuk di dalamnya KPK !

SELAMAT.... !
SELAMAT... NURANI BANGSAKU.... !
TERNYATA... MASIH MAMPU BERBICARA... !

Dan semoga semua BISA BERJIWA BESAR utk segera MENGAKHIRI SEMUA KEBUSUKAN selama ini... !
Semua saja... , yg pasti banyak akan menyusulnya !



Quote:
Oh... **AULIA POHAN** Nasibmu kini...... !


Babak baru dari dunia perpolitikan & penegakan hukum kita !
Tiada celah lagi utk bisa menyelamatkan.... kerabat-2 Istana kebesaran !
Tak ada lagi kata selamat dan diselamatkan.... demi wibawa semu !
Wibawa semu.... orang-orang no 1... selama ini... !

Menyelamatkan tak ubahnya... sama dgn merusak... !
Merusak !
Kesucian Hukum !
Ketabuan Hukum !

Merusak... !
Rakyat banyak yg mmg seharusnya paling dilindungi... !

Bukan malah... selalu mempertahankan sejarah kotor para pejabat !
Sebagaimana yg lalu-lalu... !

Di mana.... para kolega, besan, dan kerabat.... di nomer satukan... !
Maka para BELATUNG.... Bangsa pun... yg hanya akan tumbuh subur... !

Di mana... pemilik topeng-2 Badut selalu saja bisa bersenandung.... !
Maka..., hanya rakyat kebanyakan yg selalu menjadi TUMBAL !

Nurani pun kini sudah bisa berbicara LEGA !
Maka siapapun harus MENERIMA AKIBATNYA... !
Tidak terkecuali.... di lingkaran orang no. 1 !

SEMOGA SEMUA TABAH... !
utk BISA MENGAKHIRI SEMUA KEBUSUKAN SELAMA INI !

SELAMAT.... DATANG NURANI BANGSA YG SEGERA AKAN JAYA !

Quote:
Para Tersangka dan ' Calon Tersangka ' Kasus Korupsi :

" Haruslah Berjiwa Besar "



Kalau bangsa ini mau jujur, maka mungkin hanya beberapa gelintir saja pejabat atau mantan pejabat pada preode pemerintahan yang lalu benar- benar bersih dari kasus-kasus korupsi. Kalau toh ada yang digolongkan bersih dari pratek-pratek korupsi ataupun KKN, hanyalah sikap dari idiealisme diri menghadapi lingkungan yang memang sangat korup. Sikap dan idealisme yang tidak mungkin bersih dari keterkukungan budaya yang korup.

Hal ini, juga berlaku dengan tokoh-tokoh masyarakat yang melingkupi ruang gerak pemerintah saat itu, atau siapapun juga yang mencoba masuk dalam gerak laju pemerintah tersebut. Mereka menjadi sangat tak berdaya dengan apa yang dulu pernah menjadi idealisme dan sikap hidupnya.

Diakui atau tidak, korupsi saat itu telah menjadi bagian dari gerak langkah pemerintah pada masa lalu. Korupsi adalah kenyataan yang tidak bisa ditutupi dan dibohongi. Bahkan ada semacam pameo : " Siapapun juga yang tidak bisa bekerjasama dengan prilaku yang korup, maka bersiap-siaplah terjungkal atau terpental dari lingkaran mereka. "

Betapa hebatnya budaya korupsi saat itu, bahkan dari pemerintah Habiebie sampai Megawati-pun tak bisa berbuat apa-apa mengatasi keadaan ini. Malah sejarah telah membuktikan, bahwa pemerintahan saat itu, mau tidak mau atau suka tidak suka malah harus berkubang dengan budaya tersebut.


Mulyana W Kesuma : Merupakan contoh korban dari sejarah yang kelam !

Masih ingat Mulyana W Kesuma, (ketua KPU itu), beliau sudah tidak mampu mengendalikan kewaspadaan diri akibat telah terperangkap masuk ke dalam banyak kebobrokan moral yang ada. Siapa yang tidak tahu Mualyana W Kusuma itu, salah satu tokoh reformasi yang merupakan bagian dari keinginan menegakkan keadilan dan tekadnya menghabisi korupsi.

Namun apa yang terjadi dengan Mulyana, tertangkap basah melakukan suap-menyuap yang merupakan bagian dari korupsi itu sendiri. Dan Mulyanapun tinggal menunggu keadilan yang dulu ingin ditegakkan itu. Mulyana memang telah terbukti melakukan suap, dan saat itu pula kasus korupsi yang terjadi di dalam menjadi terbongkar satu per satu. Mulyana memang harus berjiwa besar menjalani hidup di penjara.

Sekilas, tampak mulyana telah berubah tentang apa yang dulu telah menjadi idealismenya. Namun kalau kita jeli, mulyana sebenarnya hanyalah korban dari sejarah yang kelam. Sebab siapapun juga, tokoh reformis, kalau tidak mempunyai kemampuan menejemen yang handal dan memberanikan melibatkan diri dengan arus pemerintah saat itu, maka dapat dipastikan akan tertelan dengan budaya tersebut.

Ini bisa dipahami, bahwa budaya korupsi saat itu bagai sebuah kenyataan umum yang tidak bisa dicegah atau dihentikan oleh siapapun juga. Suap-menyuap dan korupsi seakan telah menjadi bagian dari proyek yang ada di pemerintahan. Sehingga pemahaman yag terjadi saat itu adalah ada proyek maka harus ada pembagian rejeki oleh semua pihak yang terlibat, termasuk badan keuangan yang membiayai dan menerima laporannya. Saat itu, ini bukanlah rahasia umum, malah menjadi keharusan umum.

Nah di sinilah, mulyana tampaknya tak bisa berkutik dengan kenyataan yang terjadi pada tanggung jawabnya. Kemudian mulyanapun terjebak dan berkubang masuk di dalamnya. Sungguh bagai sebuah nasib memang, mulyanapun tidak menyadari akan ada perubahan politik yang akan terjadi, maka terbongkarlah kasusnya. Ini akan menjadi lain jika tidak ada kemauan politik yang terjadi, maka dapat dipastikan mulyanapun akan selemat seperti yang sudah-sudah.


Pemerintahan yang lalu sangat sulit terhindar dari kasus korupsi !

Sudah tidak bisa dipungkiri lagi budaya korupsi yang sudah sedemikian hebat terjadi pada bangsa ini. Dengan demikian, kalau memang ada kemauan merubah keadaan budaya itu, maka tidak ada jalan lain, kecuali harus banyak menelan korban sebagai tonggak sejarah berakhirnya budaya korupsi. Ini harus dilakukan kalau masih ada tekad untuk itu.

Sebab kalau kita mau jujur dan mengunakan nurani, maka tidak ada yang bisa disalahkan dengan orang yang telah terseret dengan arus tersebut. Mereka seakan menjalankan kewajibannya sebagai tuntutan atas apa yang telah menjadi kebiasaan dan 'kebudayaan'. Hal ini, tidak bisa dibayangkan jika orang tersebut mencoba melawan arus yang ada. Maka, dapat di pastikan merekapun akan menuai masalah dalam kepemimpinannya. Atau, paling tidak, akan teronronglah kedudukannya. Malah, tidak menutup kemungkinan akan di copot dengan alasan tidak mampu memeneg instansinya.

Jadi, menjadi wajarlah jika mereka melakukan apa yang memang sebaiknya dilakukan. Sebagaimana seorang pemimpin yang mencoba mengelola ' aspirasi ' yang ada di bawah dan di atasnya. Sehingga menjadi bisa dipahamilah, jika menjadi mencair dengan budaya yang ada dan sedang berlaku. Sebuah kenyataan yang sulit namun begitulah realitas budaya (korupsi) yang terjadi.

Sehingga kalau kita mau jujur dengan mata hati kita, maka seakan tidak ada tempat untuk sembunyi bagi mantan pejabat yang lalu. Sehingga merekapun menunggu waktu untuk terbongkar kasusnya tentang masalah ini. Merekapun was-was dan kawatir jika ternyata ada yang bisa memberi bukti atas apa yang pernah mereka lakukan. Dan hanya para mantan pejabat yang beruntung saja yang bisa terhindar dengan masalah ini. Namun yang jelas nasib mereka hanya menunggu pembuktian dan kondisi politik yang bisa menyelamatkannya.


Sudah saatnya mempunyai jiwa besar untuk menjadi tersangka dan ' calon tersangka ' kasus Korupsi.

Kalau kita punya keinginan yang kuat untuk mengakhiri budaya korupsi bangsa ini, maka tidak ada jalan lain bagi para mantan pejabat, tokoh-tokoh politik, dan tokoh-tokoh masyarakat yang lalu pernah terkait, harus berjiwa besar menunggu gilirannya menjadi calon tersangka dalam kasus tersebut.

Tak ketinggalan pula, para Pejabat BI, DPR dan semua komponen BANGSA yg terlibat kasus KORUPSI, harus berjiwa besar menerima resiko politik atas apa yang dulu pernah di embannya. Bisa saja beliau sekeras mungkin untuk bisa lolos dari kasus yang menimpanya. Namun beliau harus mampu memberi alibi yang masuk akal dan bisa diterima. Ini jangan sampai menjadi preseden buruk dalam membangun budaya bangsa yang bebas dari korupsi. Walaupun tampaknya ini menjadi sulit dan harus di terima dengan jiwa besar sebagai resiko politik demi alasan perbaikan bangsa.

Sebab sudah saatnya, untuk meninggalkan usaha selamat-menyelamatkan dan melindungi, ketika instansi yang ada sudah syarat dengan berbagai tindak korupsi. Serta berbagai bukti sudah begitu mencolok di depan mata.

Dan genderang perang dengan budaya korupsipun akan terus bergerak dan mencari 'korban'. Dan siapapun yang dulu pernah bersinggungan dengan dinamika roda-roda pemerintah menunggu giliran untuk menjadi calon tersangka baru, siapapun juga yang dulu pernah menjabat dan menjadi tokoh apapun juga yang pernah ada di dalamnya. Mereka nampaknya menunggu waktu, menanti saatnya tiba.


Kasus Korupsi jangan hanya dilihat salah dan benarnya, namun keinginan yang elegan untuk memperbaiki budaya bangsa.

Sudah menjadi saatnyalah pula, untuk melihat mereka bukan dari bagian dari usaha membangun budaya yang korup, namun bagian dari darma bakti mereka mengemban tugas negara sebagai anak bangsa, tentu saja dengan resiko apapun yang harus diterima kelak. Sebuah resiko yang harus diterima dari keadaan dimana mereka mengemban pada keadaan yang memang cukup mengkawatirkan. Mengkawatirkan di tengah budaya keserakahan yang belum bisa diruntuhkan.

Tidak ada jalan lain untuk bisa mengemban tugas negara dengan baik, di tengah-tengah budaya yang tidak menguntungkan. Sebuah budaya yang mengharuskan mereka kompromi dan melakukan toleransi. Sebuah budaya yang seakan tidak memberi tempat untuk idealisme dan keutamaan hidup mereka.

Namun di lain pihak bangsa ini juga tidak bisa terus menerus berkubang dengan budaya yang pantas segera ditinggalkan. Sehingga, tidak ada jalan lain kecuali untuk tidak mencari salah dan benar dengan kasus ini. Namun, sebagai jalan untuk segera merubah keadaan bangsa yang sudah sangat terpuruk ini. Dan buktipun seakan menjadi bahasa untuk menciptakan tonggak sejarah baru bagi bangsa indonesia. Selanjutnya tersangka dan 'calon tersangkapun' sudah sepantasnya di gunakan sebagai bahasa mangakhiri budaya yang sudah penuh dengan keserakahan. Dan merekapun harus rela menjadi korban sejarah yang kelam.

Mudah-mudahan dengan ini, budaya korupsi sudah dan akan menjadi bahasa masa lalu bangsa kita. Tidak ada jeleknya pula, untuk menganggap mereka menjadi 'pahlawan anti korupsi' yang telah menjadi korban budaya yang telah memerosokannya.

Mudah-mudahan mereka tetap tabah dan berjiwa besar !
Berita selengkapnya : Aulia Pohan Setujui Pencairan Rp 31,5 Miliar


By Masidan.

No comments: